Doa dan amalan bukanlah sebagai jarak pemisah kepada Tuhan

Doa dan amalan janganlah dijadikan jarak pemisah kepada Allah Ta`ala jika tidak berdoa dan beramal Allah Ta`ala dilupakan namun ketika berdoa dan beramal Allah Ta`ala dekat, maka ini yang menjadikan Do`a dan Amalan dijadikan sandaran dan pengukur jarak antara hamba dengan Allah Ta`ala.

Padahal Allah Ta`ala tidak dapat ditenggelamkan dengan doa dan amal ibadah itu sendiri, kita diperintahkan untuk berdoa dan beramal sebagai kedudukan kita sebagai hamba yang merendahkan diri kepada-Nya, dikabulkan ataupun tidak pada doa itu maka itu mutlak pilihan Allah Ta`ala bukan karena sebab dari doa dan amalan itu, jika itu terjadi maka Sebab pun dijadikan Tuhan, pahamilah dengan hati karena ini bahasa hikmah yang menuju kepada kemurnian tauhid.

Karena tauhid tidak lagi memandang sesuatunya yang terpandang hanya Allah Ta`ala semata, jika doa dan amalan itu menjadi sebab terkabulnya doa maka suatu saat akan menonjolkan hukum sebab sehingga menjadi ahli Al Asbab orang yang melakukan sesuatu dengan penyaksian sebab sehingga sebab dijadikan sandaran yang mutlak dan suatu pemisah jika seseorang beribadah ingat dan merasa dekat kepada Allah Ta`ala jika tidak sedang beribadah maka Allah Ta`ala sangat jauh, Allah ada saat beribadah jika tidak beribadah Allah Ta`ala tidak ada, karena sudah terhijab dengan hukum sebab.

Kita diperintahkan berdoa dan beramal maka laksanakanlah namun bukan karena doa dan amal itu yang menyebabkan seseorang itu yang menyebabkan masuk kedalam surga-Nya.
Bukanlah tujuan utama itu hanya sekedar meminta, tetapi tujuan yang utama ialah jika diri ini mengetahui adab (tata krama) terhadap Allah Ta`ala

Dalam hal ini sudah dijelaskan pada buku AL Fuaad Fi Nurin (kemurnian tauhid) cahaya hati Nurani dan sudah hadir juga Buku AL Fuaad Fi Nuurin "Tanpa Berencong (tanpa terbelah)"

Penulis : Elfiansyah Elham Spd

Comments

Popular posts from this blog

Kitab Al Hikam Sesat

Hukum Mengirim Al Fatihah atau menghadiahkan Al Fatihah kepada yang sudah meninggal

Tentang Kebenaran Ilmu Laduni