Ucapan Alhamdulillah yang didustakan
Didalam Buku Al Fuaad Fi Nurin dijelaskan secara jelas dan terang sehingga ini bagian Syarah dari buku Al Fuaad Fi Nurin bahwa Setiap hari kita tidak lepas dari rasa Syukur kepada Allah Ta`ala, baik dalam keadaan senang maupun tidak, karena Makna Syukur yang sesungguhnya adalah Siap menerima Konsekuensi dari Kata Syukur itu, Jika diri ini bersyukur maka Harus Ridho dengan pemberian yang tidak sesuai harapan, pemberian rezeki yang sedikit-sedikit, menerima dengan lapang dada hal yang tak sesuai harapan.
Namun pada diri kita kebanyakan mendustakan makna Syukur ini disisi lain Diri ini memuji Allah Ta`ala dengan mengucapkan Al Hamdulillah namun disisi lain Mencela Allah Ta`ala atas pemberian yang diberikaan saat itu.
Sering kita mendengar seseorang mengucapkan Pujian Alhamdulillah namun tak diresapi dengan sungguh atas ucapan itu, sehingga setelah itu ditutup dengan mencela.
Seperti kata yang sering kita dengar : Alhamdulillah hari ini diberikan rezeki yang cukup seandainya tadi tidak hujan maka bisa lebih penghasilannya dari ini.
Pujian yang diakhiri dengan ketidak ridhoan serta tidak berlapang dada dengan totalitas sehingga hanyalah ucapan yang mendustakan atas Alhamdulillah tadi.
Ketahuilah bahwa berSyukur itu tidaklah sesederhana itu, karena ada konsekuensinya jika kita mengucapkan kata Alhamdulillah maka siap-siap Allah pasti uji apakah dusta kata Alhamdulillah itu yakni Pujian itu atau benar-benar pujian itu dari suatu kelapangan dada yang totalitas.
Setelah sholat kita selalu berzikir dan tidak tertinggal Alhamdulillah namun setelah selesai berzikir kemudian ada pengumuman hari ini gaji dipotong, Maka Kata Syukur disini argometernya berjalan…..apakah Pujian kepada Allah ta`ala tadi berlaku atau didustakan.
Syukur artinya harus siap menerima sesuatu yang tidak sesuai harapan apapun itu bentuknya, jika tidak maka setiap kita berzikir maka kita sudah berdusta kepada Allah Ta`ala.
Setiap Shubuh kita sering mendengar sebagian Imam membaca Doa Qunut yang didalamnya ada kalimat :
فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَاقَضَيْتَ
“Maka bagi Engkaulah segala pujian di atas apa yang Engkau TETAPKAN”
Baru selesai Membaca Doa Qunut setelah pulang kerumah, Listrik padam maka yang keluar kebanyakan adalah sumpah serapah, caci makian dan Hinaan yang mana Doa Qunut tadi telah didustakan.
Nikmat Listrik yang menyala lebih banyak dari pada listrik yang padam paling lama 2 x 24 jam namun setelahnya lebih banyak menyalanya dan juga tidak ada unsur ke sengajaan akan terjadi Listrik padam sehingga Berlakulah ketetapan Allah Ta`ala atas ini..
Namun yang terjadi hanya mendustakan atas Pujian kepada Allah ta`ala tadi dengan Sikap dan Perbuatan yang nampak.
Maka ketahuilah Ucapan Alhamdulillah tidaklah semudah diucapkan, namun itu wajib atas diri kita untuk meresapinya.
Di Dalam Al Qu`ran Allah Ta`ala Berfirman :
وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا لُقۡمَـٰنَ ٱلۡحِكۡمَةَ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِلَّهِۚ وَمَن يَشۡڪُرۡ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ (١٢
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur [kepada Allah], maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Luqman 31 :12).
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ۬ (٧
“Barang siapa yang bersyukur atas nikmatKu maka akan Ku tambah nikmat baginya beripat ganda dan barang siapa yang ingkar terhadap nikmatKu maka sesungguhnya azabKu sangatlah pedih”
(Al Qur’an : Ibrahim ayat 7)
Semakin diri kita tidak bersyukur maka semakin menyesakkan dada dan menyempitkan segala macam Syaraf yang ada di otak sehingga tekanan menjadi tak terkendali serta memudahkan penyakit-penyakit yang lain berdatangan.
Apabila tak sering-sering mengintip diri ini, maka diri ini hidup dilumpur dusta, Ucapan Syukur sebagai alat untuk menipu diri sendiri pada pandangan manusia agar bersyukur.
Dikutip dari Al Fuaad Fi Nurin Cetakan I
Comments