Allah Ta`ala yang bersedekah buat diri ini

Allah Ta`ala yang bersedekah buat diri ini

         













Bagaimana Mungkin diri ini bersedekah padahal Allah Ta`ala lah yang bersedekah
Kalimat ini benar-benar mengandung hikmah yang sangat dalam bagaimana mungkin diri ini bersedekah modalnya dari mana datangnya ? Jika bukan dari Allah Ta`ala maka tidaklah diri ini dapat bersedekah, Bagaimana mungkin diri ini dapat beramal padahal Alla Ta`ala lah yang menolong hamba itu dapat beramal, kajian ilmu hikmah ini dapat di dapat di Kitab Al Hikam dan Al Fuaad Fi Nuurin.
Disinilah Diri ini dituntut untuk kemahami dua kalimat syahadat, namun kebanyak seorang Muslim dan Muslimah tidak menyadari dua kalimat syahadat yang dibaca itu bahkan tidak memahami dua kalimat syahadat itu sendiri, dikarenakan Islamnya adalah islam setruman dari keturunan semata, maka ini kelak akan menjadi boomerang.

Tauhid pokok paling utama dalam menjalankan syariat














Tauhid (Ma`rifatullah) Pokok dasar dalam menjalankan syariat
Tauhid bukanlah suatu Ilmu yang serta merta mematahkan Syari`at dan meninggalkan hukum Al Asbab (sebab Musabab) Tauhid suatu keharusan yang wajib dipelajari oleh Para Muslimun dan muslimat sehingga Syahadatain yang dibaca tidak salah kaprah dan tidak hanya kesaksian yang bohong semata, disinilah para muslimun dan muslimat dituntut untuk mengetahui secara mendalam dua kalimat Syahadat yang dibaca itu dan buka hanya sekedar baca.

Kajian Islam & Bedah Buku

Majelis Kajian Islam & Bedah Buku Nuurul Fuaad Sindangsari.
Kajian Islam yang diadakan setiap malam jum`at dan malam selasa di Tiga Kelurahan yakni Sindangsari, Makroman dan Pulau Atas sudah berjalan kurang lebih 15 Tahun yang mana Para salik benar-benar dapat merasakan hikmah kandungan-kandungan Ilmu yang disampaikan Baik Al Fuaad Fi Nuurin, Al Hikam dan Nahwu Shorof serta Ilmu Fiqh, adapun perjalanan para salik bermacam ragam dalam menerima ilmu ini ada yang diberikan paham oleh Allah Ta`ala 4 Tahun dan bahkan 10 Tahun  sehingga disinilah mahalnya ilmu hikmah tidaklah sesederhana itu memahaminya apalagi hanya sekedar baca dan tidak dikaji kalimat perkalimat.

Namun didalam perjalanan bathiniyah setiap orang tentu mempunyai hikmah nya masing-masing yang hanya dapat dirasakan oleh yang mengalaminya diluar itu hanya hambar semata disinilah ilmu Tauhid itu wajib dirasa, jika tidak maka sesungguhnya diri ini belumlah memahami ilmu bertauhid. 

Dasar-Dasar Memahami Ilmu Tauhid

Memahami diri sendiri dan penyakit atau hama yang ada pada diri sendiri
  • Riya
    Penyakit siapa saja dapat terkena tak pandang siapa dan apapun diri ini
  • Ujub
    Penyakit ini tumbuh subur di posisi yang benar pada seseorang dan diri ini menonjol bahkan Taqbir setiap dibacapun didustakan
  • Dengki, Hasad dan Hasud
    Disinilah Diri ini belum mampu melihat orang lain bahagia, mendapatkan rezeki yang lebih dan berharap bisa semua itu berpindah kepada diri ini dengan cara-cara yang tidak dibenarkan
  • Berdusta dalam amal, ibadah dan berda`wah
    Penyakit ini sudah mewabah pada diri ini, amal, ibadah dan da`wah dapat dijadikan untuk meraup keuntungan serta simpatisan dalam meraih kepentingan dunia serta kelompok tertentu dan untuk dapat pengakuan serta hal-hal yang menampakkan kedustaannya.

Dusta Dalam Beramal

Dusta dalam beramal dan Ibadah Kepada Allah Ta`ala
  • Pandai membaca Takbir
    Diri ini selalu membaca Takbir yakni Allahu Akbar namun pada kenyataannya selalu ada yang lebih besar pada realita kehidupan dijalani, diri ini nongol disaat beribadah, diri ini lebih mementingan jemuran dari pada Takbir yang dibaca tadi.
  • Pandai Membaca Shodoqollah ( Maha Benar Allah) setelah membaca Al Qur`an
    Pada realita sehari-hari tak nampak Shodoqollah itu yang nampak hanya sumpah serapa, keluh kesah dan caci makian.
  • Pandai berzikir
    Namun pada kenyataannya hanyalah suara-suara yang keluar namun di Hati Allah Ta`ala tak hadir, serta visualisasi zikir itupun hanyalah dusta semata.
  • Pandai Berdalil
    Dalil hanya sebatas dalil namun tak dipahami dalil tersebut dalam realita kehidupan sehari-hari secara menyeluruh sehingga dalil itupun sebenarnya ditujukan pada diri ini sendiri.


Dzat yang bernama Allah adalah Maha Pencipta, Maha Terjadi sebab dari Dzat Allah maka adanya alam semesta berserta isinya termasuk di dalamnya segala kehidupan.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa´at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Qs 2:255)

Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada dilangit dan apa-apa yang ada di bumi, ini bukti bahwa manusia tidak diperkenankan merasa memiliki sampai dapat menganggu Jiwanya, karena apapun itu atau sesuatu yang dimiliki itu adalah sebuah Pinjaman dan Amanah yang mana suatu saat akan diambil kembali, adapun teknis Allah dalam mengambilnya dapat kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ayat diatas sangat jelas dan terang baik dalam kedudukan ayat maupun dalam Kedudukan Nahwu Shorof yang dikenal dengan Alif Lam Ma`rifat yang mana menyatakan apapun itu adalah milik Allah bahkan Kotoran dalam perut maupun yang sudah dikeluarkan itupun milik-Nya tanpa ada pengecualian.
Bukti kalimat diatas adalah : Allah memberikan tanda kepada manusia apabila kotoran yang ada didalam perut itu harus dikeluarkan agar Manusia ingin mengeluarkan Hajat dapat mengetahuinya lebih dahulu sehingga Manusia dapat mengeluarkannya dengan baik dan benar, dapat dibayangkan jika Allah tak memberikan tanda di saat manusia harus mengeluarkan hajat, tentu kotoran akan kemana-mana disebabkan merasa memiliki kotoran tersebut.
jikapun manusia memang merasa memiliki kotoran yang ada dalam perut atau sisa makanan seyogyanya dapat dikeluarkan semaunya, kenyataan tidak demikian.
bagi yang suka menggunakan akal dari pada keimanan yang mendalam tentu akan menjawab : "Inikan sudah sunatullah" sesungguhnya manusia yang mengeluarkan perkataan itu adalah : mereka yang mempunyai Ilmu namun tidak diberikan oleh Allah cahaya-Nya.

Berbicara sunatullah adalah : Hukum kebiasaan yang lazim dan dapat diterima oleh akal, bagaimana jika kita benturkan dengan Innayatullah (hukum diluar kebiasaan) ? inilah yang disebut ilmu bi nurillah wa Nurun ala Nuriin.

Manusia khususnya umat muslim selalu di jejali dengan hukum sunatullah sehingga umat banyak terhijab dan hijabnya menjadi tebal kepada Allah Ta`ala.
Jangankan merasa Pandai, manusia merasa bodoh itupun sudah memiliki yang bukan haknya. maka berhati-hatilah dalam hal ini
Bukankah kita tidak punya peran sedikitpun dalam penciptaan langit dan Bumi ? begitu juga terhadap diri kita sendiri (QS Saba :22 ), maka jika masih ada rasa memiliki baik diluar diri maupun didalam diri inilah bukti akan ke hancuran hamba itu sendiri, Ilmu ini dapat dibuktikan dalam perjalanan setiap manusia dalam menjalani proses hidup ini.

semakin kuat rasa memiliki maka semakin kuat pula Allah dalam mengambil apa yang dimiliki oleh hamba itu.
Sampai pada manusia itu mengangkat bendera putih kepada Allah Ta`ala dalam artian Merendahkan diri kepada Allah.

Rasulullah selalu mengingatkan akan bahayanya cinta dunia..........maka berhati-hatilah !

Jangankan merasa Pandai, manusia merasa bodoh itupun sudah memiliki yang bukan haknya. maka berhati-hatilah dalam hal ini

Comments

Popular posts from this blog

Kitab Al Hikam Sesat

Hukum Mengirim Al Fatihah atau menghadiahkan Al Fatihah kepada yang sudah meninggal

Pelajaran Nahwu Shorof Bab Al Marifat & Annakiroh