Ruku dan Bacaan Ruku
Duniacahayahati.blogspot.com Situs tentang Ilmu Ma`rifatullah (Tauhid) Didalamnya banyak mengandung Ilmu Hikmah yang hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang diberikan Ilmu ini.
BAB RUKU & BACAAN RUKU
Meluruskan punggung di saat ruku’Diantara sifat
ruku’ Nabi Muhammad صلّى الله عليه وسلّم di
dalam sholat adalah beliau menegakkan punggungnya, dan menyeimbangkan kepala,
yakni tidak menunduk dan juga tidak mendongak. Sebagaimana keterangan dari
ummul mukminin Aisyah yang mengatakan : “Beliau ketika ruku’ tidak
mengangangkat atau menundukkan kepala, tetapi seimbang diantara keduanya.” (HR. Muslim).
Tentang sifat punggung
Rasulullah صلّى الله عليه وسلّم yang
lurus dalam ruku’nya, disifati oleh sayidina Ali, “ Adalah Rasulullah صلّى الله عليه وسلّم ketika
ruku’ seandainya diletakkan gelas yang berisi air, niscaya tidak akan tumpah.” (HR. Ahmad)
Hal ini dikarenakan
lurusnya punggung dan tenangnya beliau dalam ruku.
Tuma’ninah dalam ruku’
Rasulullah صلّى
الله عليه وسلّم bersabda : “Sejelek-jeleknya
pencuri ialah orang yang mencuri dari shalatnya”.Mereka bertanya: “Ya
Rasulullah. Bagaimana caranya mencuri dari shalat itu ?”Beliau menjawab :
“Tidak disempurnakanNya ruku’ dan sujudnya”,atau dalam riwayat lain
dikatakan, “Tidak diluruskannya punggung sewaktu ruku’ dan sujud.” (HR. Ahmad dan
lainnya).
Bacaan dalam ruku’
Ada beberapa bacaan ruku’ yang dibaca Rasulullah dalam sholatnya. Ini
artinya beliau terkadang membaca dengan sebuah bacaan namun terkadang
menggantinya dengan yang lain. Berikut diantara bacaan ruku’ tersebut :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
“Maha suci rabbku yang
maha agung.”([1])
Atau biasa juga dengan
lafadz berikut :
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“Maha Suci Rabbku yang maha Agung dan maha
terpuji.” ([2])
Menurut mayoritas ulama kalimat dzikir diatas batas
minimalnya adalah dibaca sekali dan sempurnanya dibaca tiga kali. Pendapat ini
didasarkan kepada hadits riwayat Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah صلّى الله عليه وسلّم bersabda
: “Apabila kalian ruku’ maka bacalah dalam ruku’ kalian ‘Subhana
rabbiyal ‘adziem’ tiga kali.” (HR. Tirmidzi).
Sebagian ulama menyukai membaca tasbih sebanyak sepuluh
kali, hal ini didasarkan pada perkataan dari shahabat Anas bin Malik ketika
melihat Umar bin Abdul Aziz sholat, ia berkata : “Aku tidak pernah sholat di
belakang seorangpun (sepeninggal Rasulullah) yang sholatnya paling mirip dengan
Rasulullah dari pada pemuda ini (Umar bin Abdul Aziz). Sa’id bin
Jubair berkata : “Maka kami kira-kirakan waktu ruku’ dan sujudnya sekitar
sepuluh kali bacaan tasbih.”(HR Abu Dawud)
Namun Malikiyah
mengatakan banyaknya bacaan tersebut tidak meiliki batasan. ([3])
Bacaan ruku’ lainnya
adalah dzikir berikut ini :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
“Maha suci Engkau wahai rabb kami, segala pujian
bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).” (Mutafaqqun ‘alaih)
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
“Mahasuci, Maha Qudus,
Rabbnya para malaikat dan ruh.” (HR. Muslim)
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu
yang Maha Besar.” ([4])
Selanjutnya, juga bisa
membaca dzikir berikut ini:
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، خَشَعَ لَكَ
سَمْعِيْ وَبَصَرِيْ وَمُخِّيْ وَعَظْمِيْ وَعَصَبِيْ وَمَا اسْتَقَلَّ بِهِ
قَدَمِيْ
“Ya Allah, untukMu aku ruku’. KepadaMu aku beriman,
kepadaMu aku berserah diri. Pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku,
sarafku dan apa yang berdiri di atas dua tapak kakiku, telah merunduk dengan
khusyuk kepada-Mu.” ([5] )
سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَاْلمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
“Maha Suci (Allah)
Yang memiliki Keperkasaan, Kerajaan, Kebesaran dan Keagungan.” [6]
Dzikir Yang Dilarang
Ketika Ruku'
Bentuk bacaan dzikir
yang dilarang ketika dalam kondisi ruku’ adalah membaca ayat-ayat dari Al
Quran. Berdasarkan hadits:
"Bahwasanya
Nabi صلّى الله عليه وسلّم melarang
membaca Al Quran dalam ruku' dan sujud." (HR. Muslim).
[1]) Dari Huzaifah bin Al-Yaman a “bahwa
dia pernah shalat bersama nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. maka ketika ruku’
beliau membaca: “subhana rabbiyal azhim (maha suci rabbku yang maha agung),”
dan ketika sujud beliau membaca: “subhana rabbiyal a’la (maha suci rabbku yang
maha tinggi).” (Hadits Shahih riwayat abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai,
dan ibnu Majah)
[2]) Bacaan dengan tambahan ‘wa
bihamdihi’ diriwayatkan dalam hadits dengan jalur periwayatan yang banyak,
sehingga Imam Asy-Syaukani berkata bahwa riwayat-riwayat yang banyak
itu saling menguatkan.” (Fiqih Sunnah I:137)
[3]) Fiqh al Islami wa adillatuhu (2/57).
[4]) Uqbah bin Amir berkata, manakala
turun ayat, فسبح باسم ربك العظيم (Al-Waqi’ah: 74) Nabi Muhammad صلّى
الله عليه وسلّم bersabda, “Jadikan
ia sebagai bacaan dalam ruku’ kalian.” Ketika turun ayat,سبح اسم ربك الأعلى (Al-A’la:
1) Nabi صلّى الله عليه وسلّم bersabda, “Jadikan
ia sebagai bacaan dalam sujud kalian.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad
dengan sanad hasan).
[6]) HR.
Abu Dawud 1/230, An-Nasai dan Ahmad. Dan sanadnya hasan.
Comments